Selain dari ayat, ada juga dalil dari beberapa hadits juga yang menyebuatkan tentang ikhlas dan niat. Di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab RA, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya segala amalan itu tergantung dengan niatnya, dan bagi setiap orang akan mendapatkan sesuai apa yang telah diniatkannya…” (Muttafaq Alaihi)

Dan ada pun dalil hadits lain yang menjelaskan tentang bahayanya kita melakukan segala amalan perbuatan apabila di barengi dengan niat dan tujuan yang salah. Dari Abu Hurairah ra, sebagaimana diriwayatkan Muslim dan Ahmad, berkata bahwa Nabi ﷺ bersabda: “Sesungguhnya orang pertama yang akan diputuskan pada hari kiamat kelak adalah seorang yang mati syahid. Maka, dihadapkan kepada Allah dan diingatkan kepadanya akan nikmat-nikmat yang telah diberikan kepadanya, dan hal itu diakuinya. Kemudian ditanya oleh Allah, ''Lalu, apakah amalanmu dalam nikmat itu?'' Jawabnya, ''Aku telah berperang untuk-Mu hingga mati syahid.'' Maka Allah berfirman: ''Dusta kamu, tetapi kamu berperang untuk dikenal sebagai pahlawan yang gagah berani.'' Lalu ia diseret oleh malaikat dan diperintahkan untuk dilempar ke dalam neraka.

Yang kedua dihadapkan kepada Allah adalah orang yang belajar ilmu agama dan mengajarkannya, serta pandai membaca Alquran. Maka diberitakan tentang nikmat-nikmat yang telah ia peroleh dan ia mengakuinya. Lalu ia ditanya: ''Lalu, apakah amalanmu di dalamnya?'' Jawab orang itu: ''Aku telah belajar ilmu untuk-Mu dan mengajarkannya, serta membaca Alquran untuk-Mu.'' Allah berfirman: ''Dusta engkau, tetapi engkau belajar ilmu agar mendapat gelar alim, membaca Alquran agar mendapat gelar qari, dan engkau sudah menikmatinya di dunia.'' Kemudian diperintahkan kepada malaikat untuk mencampakkannya ke dalam neraka.

Orang yang ketiga dihadapkan kepada Allah adalah yang diluaskan rezekinya dan diberi oleh Allah berbagai kekayaan. Maka diberitakan kepadanya tentang nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepadanya, dan ia mengakuinya. Lalu ia ditanya: ''Lantas, apakah amalanmu di dalamnya?'' Jawab orang itu: ''Tiada suatu jalan pun yang Engkau perintahkan mendermakan harta di dalamnya, melainkan telah saya dermakan harta di dalamnya untuk-Mu.'' Jawab Allah: ''Dusta engkau, tetapi engkau mendermakan harta itu agar disebut dermawan, dan telah dikenal sedemikian di dunia.'' Maka Allah kemudian memerintahkan malaikatnya untuk melemparkan orang itu ke dalam neraka.”

Maka dapatkah kita hikmah dari dalil-dalil di atas, kita mengetahui bahwa niat merupakan pondasi dari sebuah amal perbuatan kita. Amalan manusia akan diterima atau ditolak sesuai dengan niat dari kita yang melakukannya. Jadi barang siapa yang melakukan suatu amalan semata-mata hanya dengan mengikhlaskan untuk Allah semata dan ingin mendapatkan keridhoan serta pahala dari Nya di akhirat, serta amalannya sesuai dengan tuntunan maka ia diterima.

Namun sebaliknya, barang siapa yang berniat menjalankan segala sesuatu amal perbuatan hanya untuk selain Allah, atau tidak mengikhlaskan amalannya untuk Allah, dengan menyekutukan Allah dengan selain Nya, maka amalannya itu tertolak dan menjadi sebuah malapetaka bagi yang melakukannya.

Dan hal seperti inilah yang lebih sering terjadi dalam kehidupan manusia saat ini, berbuat sesuatu hanya untuk dijadikan sebuah konten yang membuat dirinya viral atau terkenal di mata dunia atau manusia. Tidak semata-mata bertujuan untuk melakukan sebuah amalan hanya mencari ridho dari Allah SWT.

Sebagai kesimpulan, dari dalil-dalil di atas dan penjelasan singkat ini dapat kita ambil beberapa poin penting, di antaranya:

  1. Salah satu syarat beramal ialah ikhlas, yaitu hanya memaksudkannya untuk wajah Allah SWT
  2. Pentingnya keikhlasan, karena amalan tanpa keikhlasan akan menjadi malapetaka bagi yang mengerjakannya.
  3. Bagusnya suatu amalan tidak menjadi jaminan diterimanya amal tersebut.
  4. Wajib membenarkan niat dalam setiap amalan dan bersungguh-sungguhnya melakukannya.

Oleh: Muhammad Dimas Anugrah, M.S.I