Berkaitan dengan Ibadah puasa, komunikasi transendentalnya dimulai dari turunnya surat Al-Baqarah ayat 183 tentang kewajiban menjalankan ibadah puasa. Pesan dalam komunikasi habluminallah yang terjadi antara Allah, Malaikat Jibril, dan Rasul Muhammad SAW kemudian diteruskan oleh Rasul Muhammad kepada manusia-manusia yang beriman, maka terjadi proses penyampaian pesan spiritual agama kepada manusia yang beriman.

Hal ini bisa dilihat dari dampak komunikasinya, di mana manusia yakin akan kebenaran pesan dalam komunikasi transendental tersebut. Manusia dengan ikhlas dan riang gembira menyambut puasa Ramadan dan sedih saat Ramadan telah berakhir.

Ramadhan bukan hanya membangun keharmonisan komunikasi dengan Allah saja, tetapi juga komunikasi dalam berkehidupan sosial. Komunikasi merupakan faktor yang sangat penting dalam membangun keharmonisan dalam hubungan antarmanusia, baik di lingkungan keluarga, tempat bekerja, maupun di masyarakat. Banyak konflik terjadi akibat miss komunikasi antara satu dengan yang lain. Dan solusinya untuk menyelesaikan masalah adalah melalui dialog atau komunikasi.

Hal tersebut dapat kita kaitkan dengan esensial dari puasa itu sendiri, sebagaimana sabda Rasulullah SAW , “Dua kebahagiaan yang didapatkan oleh orang yang puasa, yaitu kebahagiaan ketika berbuka, dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-Nya.”(HR Muslim).

Esensi yang didapatkan dari berbuka puasa itu bukan hanya diisi dengan makan dan minum, tapi diwarnai juga dengan perbincangan antara anak dan orang tua, suami dan istri, disitulah letak komunikasi yang muncul saat berkumpul untuk berbuka.

Secara sosial, ibadah puasa mampu mendorong untuk menumbuhkan akhlak yang mulia. Saat bulan puasa tiba, disadari atau tidak, telah terjadi peningkatan komunikasi Psikososial, baik dengan Allah maupun sesama manusia. Bertambahnya kualitas dan kuantitas ibadah di bulan Ramadhan akan juga meningkatkan komunikasi sosial dengan sesama manusia baik keluarga, saudara dan tetangga di masyarakat.

Sikap sosial yang mesti terbentuk dari ibadah puasa yaitu, yang pertama, kedermawanan sebagai bentuk kepedulian yang muncul akibat dari panggilan hati betapa susahnya orang yang sedang merasakan hidup dalam kekurangan. Tentunya ini diwujudkan dalam bentuk tindakan yang sesuai dengan kondisi kemampuan untuk melakukan sedekah. Sampai Nabi pernah memberikan contoh berkaitan dengan kedermawanan di bulan Ramadhan.

“Barang siapa memberikan hidangan berbuka puasa kepada orang yang berpuasa ia akan mendapatkan pahala orang tersebut tanpa sedikitpun mengurangi pahalanya (HR. At-Tirmidzi).

Kedua, seseorang akan memiliki sehat mental. Karena dalam berpuasa kita harus menghilangkan watak yang iri, dengki, benci, dendam, dan amarah. Manusia akan menampakkan wajah yang berseri-seri, ceria dan murah senyum, hal ini menandakan sehatnya jiwa (Nugraha, 2019). 

Ketiga, manfaat puasa adalah berdampak pada sehat sosial. Yakni munculnya kemampuan seseorang untuk bersosialisasi, berkomunikasi dan berinteraksi secara harmonis, seimbang, serasi sesama umat manusia dengan balutan percikan cinta dan kasih sayang Ilahi dan akan menciptakan pola komunikasi seseorang bertambah baik. Bukan hanya dengan Sang Khaliq, juga dengan sesamanya.

Maka yang harus kita hindari adalah Komunikasi yang buruk. Komunikasi yang buruk ini salah satu sumber penyebab yang menimbulkan malapetaka dalam kehidupan, misalnya ucapan lisan, yang terkadang sulit menjaganya dari perkataan bohong, kebencian yang menyakiti atau menyinggung perasaan orang lain dan bahkan menimbulkan permusuhan di antara mereka

Ibadah puasa sebagai ibadah individual menjadi media untuk membentuk kualitas pribadi yang selanjutnya diimplementasikan dalam kehidupan sosial yang benar-benar nyata agar tercipta perubahan yang menuju kebersamaan. Inilah mengapa puasa Ramadhan diakhiri dengan kewajiban mengeluarkan zakat fitrah yang diberikan kepada yang berhak, sehingga semuanya ikut merasakan kebahagiaan di hari yang fitri itu.

Maka puasa adalah latihan bagi setiap individu, puncak keberhasilannya adalah nilai pengalaman spiritual selama bulan Ramadhan yang terimplementasi kualitas akhlaknya pada 11 bulan berikutnya dan itulah sebenarnya pesan penting dari jiwa sosial yang berkarakter muttaqien sebagai orientasi diwajibkannya berpuasa bagi mereka yang beriman.

Oleh : Fajar Nugraha, M.I.Kom

REFERENCES

Nugraha, F., Permadia, S., Gunawan, A. R., & Saeful, E. (2019, November). Artificial intelligence usage in Zakat optimization. In Indonesian Conference of Zakat-Proceedings (pp. 14-24).