Sesi 1 : Potensi Pasar dan Tantangan Finansial
Industri haji dan umroh di Indonesia memiliki pasar yang sangat besar. Bapak Jodhi A. Sadjono, selaku Country Manager UmrahCash Indonesia, memaparkan bahwa secara statistik, jemaah haji dan umroh Indonesia mengalami fluktuasi, namun potensinya tetap luar biasa. Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan DKI Jakarta tercatat sebagai penyumbang jemaah terbanyak.
Namun, di balik potensi ini, ada tantangan finansial yang perlu diatasi. Tauhid Hamdi, Wakil Ketua Umum Asphirasi Indonesia, dalam pidato kuncinya menyoroti pentingnya sistem pembayaran digital yang sesuai dengan prinsip syariah. "Semoga teknologi pembayaran digital bisa berjalan dengan lancar dengan sistem syariah. Tentunya pada saat yang akan datang bisa menerapkan sistem pembayaran syariah ini demi menghindari gharar (ketidakpastian) & riba," tegasnya. Ini adalah langkah krusial untuk memastikan setiap transaksi dalam perjalanan ibadah tetap terjaga keberkahannya.
Menjawab tantangan ini, platform seperti UmrahCash hadir sebagai solusi praktis untuk memudahkan jemaah menukarkan mata uang Rupiah secara digital, meminimalisir risiko dan kerumitan transaksi di Tanah Suci.
Sesi 2 : Membangun Ekosistem Halal yang Terintegrasi
Diskusi tidak hanya berhenti pada aspek pembayaran. Umar Aditiawarman, Ketua Divisi Halal Value Chain dari KNEKS, mengajak audiens untuk melihat gambaran yang lebih besar. Menurutnya, fintech hanyalah tools atau alat untuk mengembangkan ekosistem industri halal secara keseluruhan.
"Semoga masyarakat bisa mensupport halal industri untuk supply chain (rantai pasok) industri halal di Indonesia dan Arab. Semoga kue industri halal ini bisa dinikmati oleh masyarakat Indonesia sendiri," ujarnya. Hal ini berarti, mulai dari tiket pesawat, akomodasi, katering, hingga oleh-oleh, semuanya bisa menjadi bagian dari rantai nilai halal yang kuat dan menguntungkan bagi pelaku usaha di tanah air.
Sesi 3 : Perspektif Pelaku Usaha dan Pentingnya Edukasi
Dari sudut pandang praktisi, Muhammad Dimas Anugrah, seorang dosen sekaligus pemilik Al Baasith Anugrah Tour Travel, memberikan wawasan berharga. Beliau mengingatkan dengan kutipan inspiratif, "Allah tidak memanggil orang yang mampu. Tetapi Allah akan memampukan orang-orang yang terpanggil."
Menurutnya, di era digital ini, promosi melalui media sosial dan pemberian bonus menjadi strategi penting bagi usaha travel. Namun, yang lebih fundamental adalah membangun identitas, reputasi, dan sentuhan personal yang kuat. "Pengalaman spiritual itu penting," katanya, menekankan bahwa perjalanan umroh dan haji bukan sekadar wisata, melainkan perjalanan hati.
Pak Dimas juga menyoroti dua hal penting lainnya:
-
Regulasi: Pemerintah Indonesia perlu merumuskan regulasi yang adil dan kuat dalam hubungan kerja sama dengan pemerintah Arab Saudi.
-
Edukasi Jemaah: Memberikan edukasi yang cukup kepada calon jemaah agar mereka tidak kebingungan saat berada di negara lain, sehingga dapat fokus beribadah.
Menariknya, forum ini juga menyentuh korelasi antara tingkat pengetahuan peserta dengan keinginan mereka untuk berangkat haji atau umroh. Data historis menunjukkan adanya pengaruh, di mana tingkat literasi dan edukasi seseorang turut membentuk niat dan persiapan mereka untuk beribadah ke Tanah Suci.