Generasi abad ke-20, sejak awal sudah diperkenalkan berbagai inovasi teknologi, mulai dari perangkat lunak hingga sosial media. Hal itulah yang juga menjadi faktor mendorong kecepatan informasi dan peningkatan ouput dalam sektor keuangan. Peningkatan output pada berbagai sektor akan meningkatkan efisiensi dan kemakmuran dalam sebuah negara (Harvard RCC, 2020). Akan tetapi dalam konteks lain, pengaruh inovasi teknologi berperan penting dalam penurunan lapangan kerja yang ada dalam sebuah negara. Hal tersebut yang menyebabkan SDM tidak terserap maksimal sehingga menyebabkan peningkatan kesenjangan ekonomi dan angka pengangguran yang ada di masyarakat. Perlunya peran keseimbangan dalam tata kelola industri menjadi kunci supaya kelak akan terbit sebuah aturan terkait penggunaan teknologi dalam produksi sehingga mereka yang sudah masuk ke usia produktif tidak terdelusi begitu saja. Hal tersebut adalah gambaran sederhana terkait ketidakpastian dalam berbagai hal, khususnya dalam konteks ekonomi. Banyak masyarakat hari ini yang dalam tanda kutip dipaksa untuk tetap kekurangan karena belum kesenjangan ekonomi yang semakin tinggi dari tahun ke tahun.
Realitas itu selaras dengan pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani terkait kondisi yang semakin rumit menjadi luar biasa kompleks ini juga akan berlanjut pada 2024. Sedangkan Bapak Presiden Joko Widodo yang lalu sudah mengigatkan dalam pidatonya, bahwa ke depan dunia akan semakin gelap gulita. Hal tersebut disebabkan karena kesenjangan ekonomi di masyarakat yang semakin meningkat sehingga masyarakat secara tidak langsung mengurangi daya beli terhadap sebuah produk, yang itu pasti akan menurunkan tingkat produksi dalam sebuah perusahaan. Maka PDB negara kita, secara otomatis akan menurun secara perlahan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Untuk mencegah hal tersebut terjadi, setidaknya masyarakat harus lebih fokus kepada satu hal penting, yaitu investasi. Investasi terhadap kompetensi.
Dengan kemajuan pengaruh informasi saat ini, generasi muda secara tidak langsung memiliki kenyamanan dalam mencari sesuatu, sehingga dalam beberapa konteks mereka lebih suka sesuatu yang cepat tanpa adanya proses sebelumnya. Seperti halnya kemarin terkait Investasi Binomo, banyak sekali masyarakat yang tertipu dengan cara pemasaran mereka. Hal tersebut memberikan persepsi bahwa meraih kemerdekaan finansial dan menjadi sangat kaya itu hal yang mudah dan instan. Dampaknya adalah masyakarat banyak tertipu dengan tawaran investasi dengan imbal hasil 20 % setiap bulannya.
Mereka hanya befikir hasil, bukan bagaimana menghasilkan sesuatu di balik itu semua. Investasi kompetensi ini nantinya akan membantu generasi muda, atau mereka yang sudah masuk ke dalam usia produktif untuk mendapatkan lapangan pekerjaan dan mampu bersaing dengan robotika produksi yang sekarang sudah banyak di kembangkan dalam segala industri. Ini adalah kemajuan sekaligus tantangan untuk masyarakat Indonesia.
Maka dengan memanfaatkan kemudahan informasi hari ini justru bukan menjadi pelemahan terhadap kualitas persepsi di masyarakat, akan tetapi inovasi tersebut menjadi entitas yang menguatkan dalam hal literatur, baik dalam hal ekonomi, pendidikan ataupun soft skill lainnya. Harapan nya hal tersebut yang akan menyelamatkan ekonomi negara dari ambang kehancuran.
Dalam konteks Mikro Ekonomi juga dijelaskan bahwa interaksi konsumen dan produsen menjadi komponen mendasar dalam membangun sebuah benteng ekonomi yang kuat secara fundamental. Hal tersebut selaras dengan penelitian dari Fortune Indonesia yang memberikan syarat kepada Indonesia jika status negara berkembang menjadi negara maju. Salah satu indikatornya adalah naiknya pendapatan perkapita Indonesia menjadi 10 Ribu USD. Sedangkan saat ini, pendapatan perkapita Indonesia masih diangka 3 Ribu USD.
Banyak ekonom yang menyarankan Indonesia untuk fokus kepada pendidikan dan kompetensi usia produktif. Maka ketika angkatan kerja memiliki kompetensi yang tinggi, mereka akan lebih mudah berkompetisi dan daya serap naik secara perlahan untuk menyingkirkan pengaruh tenaga asing yang saat ini sangat terbuka di negara kita. Maka investasi kompetensi menjadi kewajiban bagi masyarakat dan negara untuk mencegah efek buruk domino dari dampak ekonomi global. Masyarakat tidak harus selalu menunggu bantuan dari pemerintah dalam menyiapkan itu semua, seringkali pemerintah lebih mementingkan kepentingan mereka dan hanya menganggap penting masyarakat ketika sedang di bilik suara. Mari mulai dari diri kita sendiri sehingga keluarga dan masyarakat nantinya bisa tertular bahkan mengikuti pemikiran dan budaya baik yang ingin kita mulai.