Payment ID Itu Apa sih Ini Informasi yang kamu perlu tahu

Mengenal Apa Itu Payment ID

Payment ID adalah sebuah kode identifikasi unik yang dikembangkan oleh Bank Indonesia. Nantinya, kode ini akan terintegrasi dengan Nomor Induk Kependudukan (NIK) setiap warga negara.

Bayangkan Anda memiliki satu "kunci" untuk semua pintu keuangan Anda. Itulah konsep dasar Payment ID. Sistem ini bertujuan untuk menyatukan seluruh informasi keuangan seseorang mulai dari rekening di berbagai bank, akun dompet digital (e-wallet), hingga riwayat transaksi lainnya ke dalam satu identitas tunggal. Tujuannya jelas: menciptakan sistem pembayaran yang lebih efisien, terintegrasi, dan terpantau.

Status Terkini: Masih dalam "Sandbox"

Bank Indonesia secara resmi menyatakan bahwa Payment ID belum akan diluncurkan dalam waktu dekat. Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI, Dicky Kartikoyono, menegaskan bahwa saat ini Payment ID masih berada pada tahap sandbox atau lingkungan uji coba terbatas.

Fokus utama dari uji coba ini adalah untuk mempersiapkan penerapan awalnya dalam skema penyaluran bantuan sosial (bansos) nontunai. Rencananya, uji coba terkait bansos ini akan mulai diimplementasikan di Banyuwangi pada September mendatang. Penundaan ini, menurut BI, dilakukan untuk memastikan semua aspek, terutama keamanan dan regulasi, telah matang sebelum dilepas ke publik secara luas.

Dua Sisi Mata Uang: Fungsi dan Potensi Risiko

Seperti inovasi teknologi besar lainnya, Payment ID menawarkan berbagai kemudahan sekaligus mengundang sejumlah kekhawatiran.

Fungsi Payment ID Potensi Risiko & Kritik
Efisiensi Transaksi: Cukup satu ID untuk semua rekening dan e-wallet, proses transfer menjadi lebih cepat dan sederhana. Privasi & Keamanan: Menjadi single point of failure. Jika sistem diretas, seluruh data keuangan seseorang bisa terekspos.
Inklusi Keuangan: Memudahkan pemetaan sektor informal (UMKM, pekerja lepas) untuk mendapatkan akses ke layanan keuangan formal. Penyalahgunaan Data: Potensi pengawasan berlebihan oleh negara atau pihak ketiga yang tidak bertanggung jawab.
Pengawasan Kejahatan Finansial: Mempercepat deteksi aktivitas ilegal seperti pencucian uang, judi online, hingga pinjaman online (pinjol) ilegal. Diskriminasi Finansial: Riwayat atau profil keuangan yang buruk dapat menghambat seseorang mendapatkan akses kredit di masa depan.
Penyaluran Bansos Tepat Sasaran: Data transaksi real-time membantu pemerintah memastikan bantuan sampai ke tangan yang benar-benar membutuhkan. Ketergantungan Digital: Masyarakat yang kurang melek teknologi berisiko semakin tertinggal dan sulit mengakses layanan dasar.
Penilaian Kredit Lebih Akurat: Lembaga keuangan bisa mendapatkan gambaran utuh mengenai pemasukan dan utang calon nasabah.

 

Kesiapan Infrastruktur atau Sentimen Publik?

Penundaan peluncuran Payment ID memunculkan pertanyaan krusial: apakah ini murni soal teknis, atau BI sedang menimbang sentimen publik? Jawabannya kemungkinan besar adalah kombinasi keduanya.

Dari sisi infrastruktur, membangun sebuah sistem yang mengintegrasikan data dari seluruh lembaga keuangan di Indonesia adalah pekerjaan raksasa yang menuntut tingkat keamanan siber tertinggi. BI tidak ingin mengambil risiko kegagalan sistemik yang bisa berakibat fatal.

Di sisi lain, sentimen publik tidak bisa diabaikan. Isu perlindungan data pribadi menjadi perbincangan hangat. Kekhawatiran bahwa Payment ID bisa menjadi alat pengawasan massal adalah kritik yang paling sering terdengar. Bank Indonesia sendiri telah berulang kali menegaskan bahwa akses data akan berbasis persetujuan (consent) dari pemilik data dan tidak akan digunakan untuk "mengintip" transaksi pribadi masyarakat, melainkan untuk melihat tren pertumbuhan sektor ekonomi secara agregat.

Meratakan Manfaat untuk Semua

Jika kelak Payment ID benar-benar diterapkan, tantangan terbesarnya adalah memastikan manfaatnya dapat dirasakan secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat. Bagi kelas menengah perkotaan yang akrab dengan transaksi digital, adaptasinya mungkin akan lebih mudah.

Namun, bagaimana dengan para pelaku usaha mikro di daerah, pekerja sektor informal, atau kelompok masyarakat yang akses dan literasi digitalnya masih terbatas? Di sinilah peran pemerintah dan BI menjadi vital. Diperlukan sosialisasi yang masif, edukasi yang inklusif, serta jaminan perlindungan data yang kokoh agar Payment ID tidak justru menciptakan jurang digital yang baru.

Pada akhirnya, penundaan ini bisa dilihat sebagai langkah kehati-hatian yang patut diapresiasi. Sebab, untuk sebuah sistem yang akan menjadi tulang punggung transaksi keuangan nasional, kematangan dan kepercayaan publik adalah segalanya.

Fasilitas Universitas Tazkia ( Kampus Tazkia )

FasilitasTazkia BangunanKampusTazkia AsramaTazkia

( Bangunan Universitas Tazkia )