Seringkali, kita merasakan tekanan untuk mencapai prestasi tinggi dan bersaing dengan teman-teman sekelas. Namun, perlu diingat bahwa setiap individu memiliki potensi dan kemampuan yang unik.

Dalam menjalani kehidupan kampus, beberapa mahasiswa mungkin merasa tertekan oleh ekspektasi sosial dan mengalami FOMO terkait berbagai aktivitas atau pencapaian tertentu. Mereka mungkin berusaha keras untuk terlibat dalam beragam kegiatan ekstrakurikuler, mengambil peran dalam kepanitiaan, meraih nilai tinggi, atau membangun portofolio yang menonjol. Perlu diingat bahwa dalam perjalanan ini, ada risiko terjebak dalam spiral kompetitif yang mungkin tidak selalu sehat secara mental dan emosional.

Pesan yang dapat diambil dari konsep medioker adalah bahwa menjadi mahasiswa tidak selalu harus mencapai standar kesuksesan yang umumnya diterima. Meskipun prestasi akademis tetap penting, kebahagiaan dan kesejahteraan pribadi juga memiliki nilai yang tak ternilai. Ini bukan berarti kita tidak boleh memiliki ambisi atau berusaha mencapai hal-hal luar biasa, melainkan juga perlu menghargai proses belajar itu sendiri.

Mahasiswa dapat fokus pada pencapaian tujuan pribadi mereka, mengidentifikasi kekuatan dan minat yang dimiliki, serta membangun fondasi yang kokoh untuk karir atau kehidupan setelah lulus. Ini dapat melibatkan eksplorasi berbagai bidang, mengambil tanggung jawab dalam organisasi kampus, atau bahkan menjalani program magang yang relevan.

Perlu diingat bahwa keberhasilan tidak selalu diukur dengan standar umum. Beberapa mahasiswa mungkin menemukan kepuasan dan kebahagiaan dalam menjalani kehidupan sebagai individu biasa yang hidup sederhana tanpa terlalu banyak mengejar tren atau citra kesuksesan yang didefinisikan oleh orang lain.

Dalam intinya, konsep medioker memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk menentukan makna kesuksesan mereka sendiri. Ini tentang menjalani kehidupan kampus dengan cara yang autentik, menghormati nilai-nilai pribadi, dan merangkul proses pembelajaran sebagai bagian integral dari pengalaman mahasiswa.

Dalam konteks kehidupan mahasiswa, seringkali terdapat tekanan untuk mencapai keseimbangan antara prestasi akademis, kehidupan sosial, dan pengembangan diri. Mahasiswa dihadapkan pada pilihan sejauh mana mereka ingin terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler, bekerja paruh waktu, atau bahkan merintis karir profesional sejak awal. Terkadang, mahasiswa mungkin merasa terbebani oleh ekspektasi luar atau dorongan untuk mencapai citra ideal mahasiswa sukses.

Dalam mengelola tekanan ini, mahasiswa dapat mencari keseimbangan antara tuntutan dunia akademis dan sosial dengan menjadikan nilai-nilai Islam sebagai panduan. Istiqomah dalam mengejar ilmu, berbuat baik, dan menjalin hubungan yang baik dengan sesama dapat memberikan makna lebih dalam pada perjalanan kehidupan kampus.

Sebagai mahasiswa, memahami bahwa keberhasilan tidak selalu harus mencerminkan gambaran konvensional sukses dapat memberikan kelegaan dan kebebasan untuk mengeksplorasi minat dan bakat pribadi. Beberapa mahasiswa mungkin menemukan kepuasan dalam menggali pengetahuan di luar kurikulum, terlibat dalam proyek-proyek kreatif, atau bahkan berkontribusi pada komunitas sekitar kampus.

Penting juga untuk diingat bahwa setiap mahasiswa memiliki perjalanan dan waktu yang berbeda dalam mencapai tujuan mereka. Meskipun ada teman sekelas yang mungkin mencapai prestasi tertentu dengan cepat, hal itu tidak berarti bahwa kehidupan mahasiswa lainnya kurang sukses. Kesuksesan bisa diukur dengan berbagai cara, dan perjalanan setiap individu memiliki dinamika uniknya sendiri.

Sebagai tambahan, selalu ingat bahwa keberhasilan sejati tidak selalu terlihat dari luar, tetapi dapat tercermin dari kebahagiaan, kedamaian hati, dan kontribusi positif pada lingkungan sekitar. Istiqomah di jalan Allah dapat menjadi pedoman untuk mencapai kesuksesan yang tidak hanya bersifat duniawi, tetapi juga membawa berkah dalam kehidupan akhirat.