وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا لُقْمَٰنَ ٱلْحِكْمَةَ أَنِ ٱشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ حَمِيدٌ
Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".

Ayat ini menegaskan bahwa hikmah merupakan kunci keberhasilan pendidikan. Lukman adalah sosok orang tua - guru yang diberikan karunia oleh Allah SWT berupa hikmah.

Hikmah merupakan ilmu yang sudah terpadu dengan rasa yang membimbing seseorang untuk berbuat yang benar, bijak dan tepat. Misalnya orang tua/guru A memberikan hukuman kepada murid berupa teguran atau menggunakan metode belajar ABC hasilnya positif. Sedangkan orang tua/guru B melakukan tindakan yang sama namun hasilnya negatif atau ada penolakan dari murid. Itu hikmah, tidak bisa di rasionalkan - di ilmiahkan walaupun dasarnya ilmu.

Tidak semua yang berilmu berhasil mendidik. Seorang doktor, profesor bahkan penghapal quran-pun belum tuntu berhasil mendidik muridnya. Untuk sampai menjadi hikmah membutuhkan proses yang panjang. Perlu ada upaya serius, latihan panjang untuk menjatuhkan ilmu ke dalam hati.

Oleh karena itu orang tua dan pihak yang terlibat perlu terus belajar, menguatkan keikhlasan dan kedekatan dengan Allah SWT. Termasuk memperhatikan makanan, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Quran surat Abasa.

فَلْيَنظُرِ ٱلْإِنسَٰنُ إِلَىٰ طَعَامِهِۦٓ
Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Jangan sampai mengkonsumsi makanan haram karena dapat mengunci tidak diterimanya amal dan doa. Rasanya demikian, keikhlasan dan makanan merupakan pintu mendapatkan hikmah.

Kurikulum yang didahulukan adalah adab. Pertama adab kepada Allah, yaitu tauhid. Mengembangkan fitrah tauhid (QS Al A'raf 172). Contoh melakukan kebaikan bukan untuk manusia namun untuk Allah SWT. Menjauhi keburukan bukan karena manusia namun karena Allah SWT.

Kemudian adab kepada orang tua, penanaman nilai-nilai kejujuran. Sholat dan kemampuan mengajak kebaikan mencegah kemungkaran. Gaya hidup sederhana dan larangan sombong (QS Lukman 13-19). Adab ini membentuk akhlak, sifat yang menyatu dalam diri anak anak.

Adab-adab ini harus menjadi bagian penting dari pengembangan kurikulum pendidikan di rumah dan sekolah. Terintegrasi di setiap mata pelajaran masuk dalam struktur silabus, RPP dan buku ajar. Masuk ke dalam lingkungan dan budaya sekolah.

Terimakasih,
Dr. Andang Heryahya, M.Pd.I.,M.Pd

Isi Data Diri Untuk Informasi Potongan Uang Pangkal.