Berdasarkan definisi dan tujuan pendidikan tersebut, maka pada dasarnya tugas guru tidak hanya mengajar dan menyampaikan materi di dalam kelas saja, namun lebih dari itu, guru harus mampu menjadi pendidik, pembimbing, penasehat, inovator, korektor, motivator, fasilitator, demonstrator, mediator, evaluator (Yelon dan Weistein, 1997). Tugas guru secara utuh kini mulai tercerai berai satu persatu. Konsep guru sebagai pengajar yang menyampikan materi pembelajaran kini mulai tergeser menjadi satu sistem digital yang dapat diakses semua orang, salah satunya dengan “google” tidak terbatas pada materi saja, namun google sudah menjadi rujukan bagi semua kalangan dalam mencari semua sumber informasi. Lalu apakah profesi guru tidak relevan lagi jika perannya telah digantikan oleh teknologi?

Peran guru dalam memberikan pengajaran pada dasarnya sebagian besar telah diambil oleh google, namun peran guru tidaklah tunggal, sehingga profesi guru masih sangat dibutuhkan seiring perkembangan teknologi. Peran guru sebagai korektor, motivator, penasehat demonstrator, fasilitator tetap dibutuhkan. Semakin siswa aktif dalam mencari informasi di mesin pencari, maka peran guru sebagai korektor dan fasilitator dalam penggunaan teknologi digital yang tepat guna tetap harus ada.

Wacana tentang karir guru yang sudah mulai bergeser menjadi produk e-commerce sedang hangat menjadi perbincangakan di dunia pendidikan. Ramai diperbeincangkan di sosial media dan juga pemberitaan bahwasanya Menteri Pendidikan merencanakan rekruitmen guru dapat dilakukan melalui market place. Sehingga sekolah yang membutuhkan tenaga tambahan guru dalam mata pelajaran tertentu dapat mencari di marketplace yang menyediakan. Ini sebagai salah satu bentuk solusi bermunculannya guru-guru honorer yang secara kesejahteraanya tidak terjamin oleh pemerintah.

Paradigma tentang karir sebagai guru di sekolah (pengajaran offline/tatap muka) sudah tidak relefan, pemerintah perlu memfasilitasi guru-guru untuk mampu berkarya dan menghasilkan melalui kemampuan mengajarnya melalui platform pendidikan dan juga melalui market place. Mahasiswa yang terkonsentrasi dalam bidang pendidikan pada dasarnya perlu dibekali terkait materi digital marketing sehingga guru milenial akan mampu berbisnis dalam dunia pendidikan melalui e-commerce. Guru sebagai salah satu produk e-commerce mungkin lebih tepat tidak untuk proses recruitment guru, namun dapat dimaksimalkan dalam menjual produk dan karya guru dalam membuat materi pembelajaran yang menarik baik dalam bentul video, modul maupun slide presentasi materi sesuai dengan bidang masing-masing.