Sekretaris Jenderal Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Prof. Ainun Na’im, Ph.D., menuturkan bahwa selama ini jumlah program studi serta mahasiswa yang mengambil studi ilmu sosial di perguruan tinggi di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan dengan program studi STEM sehingga pemerintah kemudian berusaha mendorong peningkatan kapasitas prodi sains dan mencetak lebih banyak lulusan di bidang ini. Meski demikian, hal ini bukan dikarenakan pemerintah lebih menganggap penting bidang-bidang STEM, melainkan lebih sebagai upaya untuk menyeimbangkan proporsi masing-masing disiplin ilmu yang sama-sama penting bagi pembangunan bangsa. “Isu yang kita hadapi sangat kompleks, tidak bisa diatasi oleh satu atau dua bidang ilmu, tapi harus secara komprehensif dan multidisiplin. Ilmu sosial tidak menjadi inferior karena hasil perkembangan teknologi tidak mungkin bisa bermanfaat tanpa kontribusi dari ilmu sosial,” terangnya.
Peran krusial dari ilmu sosial dalam hal ini juga disampaikan oleh Prof. Anthony Giddens , Pakar dari London School of Economics and Political Science, Inggris ini memaparkan bahwa saat ini kita hidup di era yang sangat berbeda dari peradaban yang telah ada sebelumnya di dalam sejarah. Dia menyebut kondisi saat ini sebagai “high opportunity high risk society” yang telah mengubah sejarah dunia hari ini. Ilmu sosial, menurutnya, sangat krusial untuk memahami dunia kontemporer, dan karenanya menjadi penting bagi negara mana pun di dunia.
Ilmu sosial adalah esensi, dan ilmu teknologi adalah alat, sehingga keduanya harus saling mengisi dan melengkapi. Dalam dunia kerja sekalipun yang padat dengan teknologi, tentu dibutuhkan bagian yang mengurus factor pruduksi yang lain, bagian sdm, managemen, keuangan dan legal hukumnya.Tidak ada disiplin ilmu yang bisa memahaminya kompleksitas sebuah industri selain ilmu sosial. Lain lagi halnya jika berbicara tentang serapan dunia kerja, ilmu sosial menempati deretan teratas jumlah formasinya, disektor ruang informal, sarjana ilmu sosial bahkan lebih mudah adaptif dan flexible. Dalam sejarah kepemimpinan , Sebagian besar pemimipin dunia berasal dari Rahim ilmu sosial, kalaupun sebagai ahli teknologi maka dia juga telah menyerap ilmu sosial yang memadai.
Ilmu sosial harus menjadi bagian masa depan dan beriringan dengan perubahan. Oleh karenanya pembelajaran fakultas ilmu sosial dan humaniora tidak hanya bercerita teori dan sejarah, namun harus update dengan permasalahan yang terjadi dan yang akan terjadi. Wallahu a’lam