Dosa itu melahirkan dosa yang lainnya !


Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

“Salah satu akibat dari maksiat adalah bahwa maksiat akan menanamkan maksiat-maksiat lain yang serupa dan melahirkan maksiat berikutnya. Hal ini terus berlanjut hingga sulit bagi seorang hamba untuk meninggalkan dan keluar darinya. Sebagaimana dikatakan oleh sebagian ulama salaf: ‘Sesungguhnya salah satu hukuman dari sebuah keburukan adalah keburukan lain setelahnya. Dan sesungguhnya salah satu ganjaran dari sebuah kebaikan adalah kebaikan lain setelahnya.’

 

Apabila seorang hamba melakukan suatu kebaikan, maka kebaikan lain akan berkata kepadanya, ‘Lakukanlah aku juga.’ Ketika dia melakukannya, kebaikan ketiga akan berkata hal yang sama, ‘Lakukanlah aku juga.’ Demikian seterusnya hingga keuntungan (dari kebaikan tersebut) berlipat ganda dan amal-amal kebaikan terus bertambah banyak.”

 

Demikian pula halnya dengan keburukan, hingga ketaatan dan kemaksiatan berubah menjadi kebiasaan yang mengakar, sifat yang melekat, dan karakter yang tetap. Apabila seorang yang terbiasa berbuat baik meninggalkan ketaatan, jiwanya akan merasa sempit, dunia yang luas ini terasa menghimpitnya, dan ia merasa seperti ikan yang terlempar keluar dari air. Ia tidak akan merasa tenang hingga kembali kepada ketaatannya, barulah jiwanya menjadi tenteram dan hatinya merasa bahagia.

 

“Dan apabila seorang pendosa menghentikan kemaksiatannya lalu beralih kepada ketaatan, ia akan merasa sempit jiwanya, dadanya terasa sesak, dan ia kesulitan menemukan jalan untuk merasa nyaman. Akhirnya, ia kembali kepada kemaksiatan. Bahkan, banyak di antara para pelaku maksiat yang melakukan dosa bukan karena menemukan kenikmatan di dalamnya atau adanya dorongan yang kuat untuk melakukannya, melainkan karena rasa sakit yang ia rasakan ketika meninggalkan maksiat tersebut.”

 

“Seorang hamba akan terus berusaha dalam ketaatan, hingga ia terbiasa dengannya, mencintainya, dan lebih memilihnya. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan rahmat-Nya, mengirim malaikat kepada hamba tersebut yang mendorongnya kuat-kuat kepada ketaatan, menyemangatinya untuk melakukannya, bahkan menggerakkannya dari tempat tidur dan majelisnya menuju ketaatan.

 

Sebaliknya, seorang hamba yang terus terbiasa dengan kemaksiatan, mencintainya, dan lebih memilihnya, Allah akan mengirimkan setan kepadanya yang mendorongnya kuat-kuat kepada kemaksiatan.

 

Domino Effect dalam melakukan kebaikan dan keburukan !

Hadits di atas menjelaskan dengan sangat indah bagaimana dosa dan kebaikan memiliki efek domino. Sama seperti deretan domino yang jatuh berurutan setelah yang pertama dijatuhkan, begitu pula dosa. Satu dosa bisa memicu dosa lainnya. Misalnya, berbohong sekali bisa memicu berbohong lagi untuk menutupi kebohongan sebelumnya, membentuk lingkaran setan yang sulit diputus. Kehilangan kontrol diri dalam satu dosa bisa membuka jalan untuk dosa-dosa lain yang lebih besar. Ini seperti efek bola salju yang terus membesar, menimbun beban dosa yang semakin berat.

Sebaliknya, kebaikan juga memiliki efek domino yang positif. Satu kebaikan, seperti sedekah misalnya, bisa mendorong kita untuk melakukan kebaikan lainnya, seperti membantu orang lain atau berbuat jujur. Satu tindakan baik bisa menginspirasi tindakan baik lainnya, menciptakan lingkaran kebaikan yang terus berkembang dan memperkuat karakter positif kita. Ini seperti menanam benih kebaikan yang akan tumbuh dan berbuah lebih banyak kebaikan lagi. Jadi, baik dosa maupun kebaikan, keduanya memiliki efek berantai yang akan membentuk karakter dan menentukan kualitas hidup kita di masa depan. Pilihan ada di tangan kita, mau membangun kerajaan dosa atau kerajaan kebaikan?

 

Terimakasih kepada Rumaysho yang menjadi rujukan dalam membuat artikel ini
Baca referensi nya di : Dampak Buruk Maksiat: Pelajaran dari Ibnul Qayyim - Rumaysho.Com