Dengan pesatnya kemajuan teknologi digital, serta pengaruhnya terhadap penyebaran
informasi yang sangat cepat, timbul pula permasalahan mengenai penyebaran informasi yang
tidak sesuai atau tidak relevan dengan realitas. Ketidakmampuan untuk melakukan literasi
secara efektif, baik dalam menilai kredibilitas suatu konten maupun memverifikasi sumber
informasi, menjadi perhatian utama. Fenomena ini menjadi semakin signifikan, terutama
dilihat dari maraknya berita palsu (hoax) yang dapat menyebar secara meluas.

Menurut pengertiannya Literasi mengacu pada kemampuan individu untuk membaca, menulis,
dan memahami informasi tertulis. Namun, konsep literasi telah berkembang lebih luas dan
tidak hanya terbatas pada kemampuan membaca dan menulis. Saat ini, literasi mencakup
kemampuan untuk mengolah, menganalisis, dan menggunakan informasi dengan cara yang
kritis dan kreatif.

Namun, berdasarkan pengamatan langsung, literasi seringkali hanya menjadi suatu hal yang
dicatatkan tanpa benar-benar tersampaikan dengan baik dalam makna dan artinya. Ini tercermin
dalam rendahnya minat baca, kurangnya penerapan tata bahasa yang tepat, dan kekurangan
dalam kemampuan menganalisis serta mengolah konten yang diakses. Konten seringkali
diserap tanpa dilakukan peninjauan atau verifikasi terhadap validitasnya. Kondisi ini menjadi
perhatian, terutama ketika banyak dijumpai pada generasi Zelenial.

Penggambaran mengenai Indonesia Emas 2045 terasa seperti sekadar impian belaka apabila
fokus hanya diberikan pada bonus demografi tanpa memperhatikan pengembangan individu,
terutama dalam bidang literasi. Visi Indonesia Emas 2045 menekankan pentingnya
mengoptimalkan bonus demografi melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui
pendidikan, pelatihan, dan pembangunan kapasitas. Namun, kekurangan minat dalam literasi
menjadi hambatan serius. Minimnya minat membaca, kelemahan dalam menganalisis
informasi, dan penggunaan tata bahasa yang tidak memadai dapat menghambat proses
pengembangan sumber daya manusia berkualitas yang diinginkan. Kurangnya literasi bukan
hanya membatasi, tetapi juga mengurangi kemampuan mereka untuk berkontribusi secara
optimal dalam pembangunan ekonomi dan sosial.

Oleh karena itu, guna merealisasikan visi Indonesia Emas 2045, generasi Zelenial perlu
mengalihkan fokus mereka tidak hanya pada kemajuan teknologi, tetapi juga pada
pertumbuhan pribadi. Ini mencakup peningkatan kesadaran literasi, pembentukan kebiasaan
membaca, pengembangan keterampilan analisis informasi, dan optimalisasi penggunaan
sumber daya literasi digital. Hal ini bertujuan untuk memastikan penyebaran informasi yang
lebih kredibel dan valid. Dengan mengimplementasikan langkah-langkah tersebut, nilai-nilai
personal akan semakin meningkat, sekaligus dapat meningkatkan persentase minat baca yang
masih rendah di negeri ini.

Dalam upaya mengembangkan minat baca di era digital, sumber informasi tidak hanya harus
dicari atau diperoleh melalui aplikasi media sosial seperti aplikasi X dan TikTok, melainkan
juga melalui buku-buku yang memiliki data lebih kredibel dan terverifikasi. Di era digital, buku
tidak hanya hadir dalam bentuk fisik tetapi juga sebagai buku elektronik (ebook). Banyak
generasi Zelenial yang enggan membaca buku karena terbiasa mendapatkan informasi dengan
cepat, namunun dengan makna yang masih kurang. Oleh karena itu, membaca buku dapat
memberikan pemahaman yang lebih mendalam karena buku tidak hanya membahas inti
masalah, melainkan juga proses, pengertian, dan hasil yang mungkin terjadi. Bahkan, buku
juga mencakup penyebab dan sejarahnya. Membaca buku tidak menjamin kecerdasan, namun
setidaknya memberikan pemahaman dan peningkatan wawasan.

Pemerintah memegang peranan yang sangat krusial dalam pembentukan dan kemajuan
individu, khususnya generasi muda yang dikenal sebagai generasi Zelenial. Hal ini mencakup
langkah-langkah seperti penguatan kurikulum pendidikan, dorongan terhadap program literasi,
peningkatan dan penyebaran akses ke perpustakaan, serta penyelenggaraan seminar tentang
pentingnya pengembangan literasi digital. Semua tindakan ini dirancang untuk memberikan
arahan yang lebih jelas dan tujuan yang terdefinisi bagi generasi muda yang sering disebut
sebagai bonus demografi. Hal ini diharapkan dapat memotivasi mereka untuk tumbuh dan
berkembang lebih lanjut, memberikan manfaat yang lebih besar, tidak hanya untuk diri mereka
sendiri, tetapi juga bagi lingkungan sekitarnya. Dengan memastikan bahwa generasi muda
memiliki tujuan yang jelas dan keinginan untuk berkembang, kita dapat memastikan bahwa
mereka tidak hanya aktif secara pribadi tetapi juga memberikan dampak positif pada
masyarakat sekitar.

Bergerak, bergerak berdampak merupakan konsep yang harus diperkuat, sebagaimana ajaran
Islam menekankan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang memberikan manfaat
bagi manusia lainnya. Dalam perspektif Islam, Alquran menyoroti pentingnya membaca
sebagai kata pertama yang telah diturunkan. Oleh karena itu, literasi memiliki peran penting
dalam kehidupan umat Muslim. Perlu diingat bahwa krisis literasi digital bukan hanya sekadar
masalah individu, melainkan telah menjadi isu nasional yang memengaruhi bangsa dan negara.

Dengan meningkatnya kemampuan literasi digital, dapat kita bangun dan pelihara minat baca.
Melalui kegiatan membaca, pengetahuan kita dapat diperluas, yang pada gilirannya akan
membuat kita lebih bermanfaat dan berarti. Setelah pencapaian-pencapaian tersebut terwujud,
visi Indonesia Emas 2045 tidak lagi hanya menjadi angan-angan atau kata-kata kosong,
melainkan akan menjadi kenyataan yang dapat meningkatkan perkembangan bangsa dan
negara. Hal ini tidak hanya terbatas pada aspek ekonomi, tetapi juga melibatkan kemajuan
dalam bidang sosial dan budaya