Pada Selasa (25/3/25), nilai rupiah merosot hingga Rp16.611 per dolar AS—level terendah sejak krisis 1998. Bahkan, di pagi hari sempat menyentuh Rp16.635 per dolar AS. Pelemahan ini lebih parah dibanding masa pandemi Covid-19 (2020), saat rupiah hanya turun ke Rp16.550 per dolar AS. Padahal, saat ini tidak ada krisis besar seperti pandemi yang terjadi.

Apa Penyebabnya?


Berdasarkan analisis Lukman Leong (Doo Financial Futures) dan Ariston Tjendra (PT Doo Financial Futures), ada beberapa faktor:

  1. Faktor Luar Negeri:

    • Ekonomi AS tumbuh lebih kuat dari perkiraan, seperti terlihat dari data PMI Jasa.

    • Kenaikan permintaan dolar AS menjelang libur panjang di AS.

    • Kebijakan suku bunga tinggi (hawkish) dari The Fed.

    • Ancaman perang dagang AS dengan negara lain, termasuk tarif 25% untuk pembeli minyak Venezuela.

    • Konflik Timur Tengah dan perang Rusia-Ukraina yang belum reda.

  2. Faktor Dalam Negeri:

    • Kinerja APBN Februari 2025 buruk: pendapatan negara hanya Rp316,9 triliun (10,5% dari target), sementara belanja mencapai Rp348,1 triliun. Akibatnya, defisit Rp31,2 triliun.

    • Daya beli masyarakat masih lemah sejak 2023.

    • Kebijakan pemerintah dinilai tidak stabil, membuat investor ragu.

Dampak Pelemahan Rupiah


Menurut Ronny P Sasmita (Indonesia Strategic and Economic Action Institution):

  • Keuntungan:

    • Eksportir untung karena penghasilan dalam dolar AS bernilai lebih tinggi.

    • Investor asing bisa beli saham/obligasi Indonesia lebih murah.

  • Kerugian:

    • Harga barang impor naik, memicu inflasi.

    • Utang luar negeri pemerintah dan swasta (dalam dolar AS) jadi lebih berat.

Solusi yang Bisa Dilakukan


Saran Para Ahli:

  • Bank Indonesia (BI) harus intervensi pasar untuk stabilkan rupiah.

  • Pemerintah perlu:

    • Menghemat pengeluaran agar defisit APBN tidak membesar.

    • Membuat kebijakan pro-investor untuk meningkatkan kepercayaan pasar.

    • Menambah pasokan dolar AS di dalam negeri.

Tanpa langkah darurat, Ariston Tjendra memperkirakan rupiah bisa terus melemah ke Rp16.700–Rp16.800 per dolar AS.

Mengapa Ini Penting?


Pelemahan rupiah berpengaruh ke harga kebutuhan sehari-hari (seperti BBM, elektronik, atau bahan makanan impor) dan biaya pendidikan/kesehatan yang menggunakan alat dari luar negeri. Masyarakat diimbau tidak panik, tetapi tetap waspada dengan pengeluaran.

Sumber Data: Kementerian Keuangan RI, Analisis Doo Financial Futures, dan Indonesia Strategic and Economic Action Institution (2024).CNN Indonesia