Menurut Kepala Center of Industry, Trade and Investment Indef, Andry Satrio Nugroho, ekonomi hijau umumnya banyak diterapkan di negara maju yang memiliki kepatuhan tinggi terhadap produk yang masuk ke negaranya. 

Hal ini menuntut Indonesia untuk beradaptasi dengan kebutuhan ekonomi hijau agar tetap kompetitif di pasar global.

Andry Satrio Nugroho menekankan bahwa pemerintah Indonesia harus mampu beradaptasi dengan kebutuhan ekonomi hijau. 

Pasar ekspor Indonesia bisa terdampak jika negara ini tidak segera mengambil langkah konkret dalam menerapkan proses produksi berkelanjutan.

 "Ketika di Indonesia belum bersikap terkait bahan dan proses produksinya maka tentu ini akan ada ancaman bagi Indonesia. Karena Indonesia sendiri masih belum banyak mempraktekkan proses produksi berkelanjutan tersebut. Bisa jadi ini berdampak pada pasar-pasar ekspor dari negara maju," ujar Andry.

Negara-negara maju umumnya memiliki regulasi ketat dalam menyortir barang-barang yang masuk ke negaranya. 

Barang tersebut harus terbukti dihasilkan lewat proses yang berkelanjutan, sesuai dengan standar ekonomi hijau yang berlaku. 

Sayangnya, ekosistem ekonomi hijau di Indonesia masih jauh dari harapan. Contohnya saja, banyak industri di Indonesia yang masih mengandalkan energi batu bara karena harganya yang murah.

"Dalam hal ini industri hijau masih belum 100% di Indonesia. Karena kita tahu sumber energi yang melimpah di Indonesia itu batu bara, dan itu cukup murah, jadi penggunaannya masif," ujar Andry. Hal ini berpotensi membuat produk-produk dalam negeri tidak lolos masuk ke pasar negara maju. Meskipun praktik keberlanjutan sudah diterapkan di industri, namun jika konsumsi energi masih berbasis pada batubara, hal ini tetap menjadi persoalan.

Andry menegaskan bahwa Indonesia harus mampu mengikuti pasar global, seperti pasar Eropa yang memiliki regulasi ketat terkait ekonomi hijau. 

"Pada akhirnya kita harus bisa mengikuti pasar Eropa misalnya. Cuma masalahnya adalah bukan hanya di industri hijau, yang harus kita lakukan pertama adalah lobi, dan itu kan terus dilakukan. Tapi tentunya kalau bisa saya garis bawahi, kita tidak bisa hanya mengandalkan pasar luar," bebernya.

Menurut Andry, pemerintah harus menciptakan pasar sendiri di dalam negeri. Terlebih, keputusan Eropa menetapkan European Union Deforestation-free Regulation atau undang-undang anti deforestasi tidak hanya sekedar soal ekonomi hijau, tapi juga merupakan upaya untuk melindungi industri dalam negeri mereka. 

Maka dari itu, Indonesia perlu mendorong permintaan dalam negeri untuk produk-produk yang dihasilkan melalui praktik berkelanjutan.

"Yang kita dorong adalah permintaan dalam negeri. Misalnya terkait dengan kewajiban menyerap produk-produk yang dihasilkan dari turunan CPO," imbuh Andry. 

Dengan demikian, pemerintah harus membuat kebijakan yang mendukung pertumbuhan pasar produk berkelanjutan di dalam negeri.

Tantangan besar yang dihadapi Indonesia dalam menerapkan ekonomi hijau adalah ketergantungan pada energi batu bara. 

Sumber energi ini masih menjadi pilihan utama karena harganya yang murah dan ketersediaannya yang melimpah. 

Maka dari itu, diperlukan kebijakan yang dapat mengurangi ketergantungan pada batu bara dan beralih ke sumber energi terbarukan.

Selain itu, edukasi dan kesadaran masyarakat serta pelaku industri mengenai pentingnya ekonomi hijau juga harus ditingkatkan. 

Pemerintah dapat bekerjasama dengan berbagai pihak untuk mengadakan seminar, workshop, dan kampanye tentang manfaat dan pentingnya ekonomi hijau bagi keberlanjutan lingkungan dan ekonomi.

Implementasi ekonomi hijau juga memerlukan dukungan finansial yang kuat. Pemerintah bisa memberikan insentif kepada industri yang beralih ke praktik berkelanjutan dan menggunakan sumber energi terbarukan. 

Hal ini akan mendorong lebih banyak industri untuk menerapkan ekonomi hijau dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat sangat penting dalam mewujudkan ekonomi hijau di Indonesia. Semua pihak harus bekerja sama untuk menciptakan ekosistem yang mendukung praktik berkelanjutan. 

Dengan demikian, Indonesia dapat tetap kompetitif di pasar global dan melindungi lingkungan sekaligus.

Pada akhirnya, implementasi ekonomi hijau bukan hanya tentang memenuhi standar internasional, tetapi juga tentang menjaga kelestarian alam dan keberlanjutan ekonomi jangka panjang. 

Dengan langkah-langkah yang tepat, Indonesia dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan menjadi contoh bagi negara-negara lain dalam hal implementasi ekonomi hijau.

Dengan demikian, pemerintah, industri, dan masyarakat harus bersama-sama mendorong penerapan ekonomi hijau. 

Ini bukan hanya tanggung jawab satu pihak saja, tetapi tanggung jawab bersama untuk masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan.