Maksiat itu Merusak Akal
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata
“Di antara dampak buruk maksiat adalah kerusakan pada akal. Akal memiliki cahaya yang akan padam karena maksiat, dan ketika cahayanya padam, kekuatan akal akan melemah dan berkurang.
Sebagian ulama salaf berkata, “Tidak ada seorang pun yang berbuat maksiat kepada Allah kecuali ketika akalnya tidak hadir. Hal ini jelas, karena jika akalnya benar-benar hadir, tentu ia akan mencegahnya dari berbuat maksiat. Sebab ia berada dalam genggaman Tuhannya, di bawah kekuasaan-Nya, dan Allah melihat segala perbuatannya. Dia berada di dalam dunia milik Allah, di atas hamparan-Nya, dan para malaikat menjadi saksi atas perbuatannya, menyaksikan apa yang ia lakukan.
Nasihat dari Al-Qur’an mencegahnya, kematian mengingatkannya, ancaman neraka menakutinya, dan kerugian yang ditimbulkan oleh maksiat di dunia dan akhirat jauh lebih besar dibandingkan kesenangan sesaat yang ia rasakan dari perbuatan dosa tersebut. Apakah orang yang berakal sehat akan meremehkan dan mengabaikan semua peringatan ini?”
(Lihat Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’, hlm. 92-93)
bayangin otak kita kayak lampu. Makin terang, makin mudah menyerap ilmu. Nah, menurut Ibnu Qayyim, maksiat itu kayak pemadam api buat lampu otak kita. Makin banyak maksiat yang dilakukan, makin redup deh cahaya akal kita. Akibatnya, mahasiswa jadi susah fokus belajar, daya ingat melemah, dan akhirnya nilai akademiknya anjlok. Contohnya, mahasiswa yang sering begadang main game atau pacaran sampai lupa belajar, otaknya jadi lelah dan kemampuan berpikir kritisnya berkurang. Bahkan, kebiasaan kecil kayak mencontek atau males ngerjain tugas juga bisa bikin 'lampu otak' redup.
Terimakasih kepada Rumaysho yang menjadi rujukan dalam membuat artikel ini
Baca referensi nya di : Dampak Buruk Maksiat: Pelajaran dari Ibnul Qayyim - Rumaysho.Com