يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Perintah muhasabah ini untuk keselamatan kita. Tidak hanya di 2025 namun di tahun-tahun berikutnya. Sahabat Ali bin Abi Tholib menyampaikan
مَا نُزِّلَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِذَنْبٍ وَلاَ رُفِعَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِتَوْبَةٍ
Sumber segala masalah hidup hanya satu yaitu dosa. Sumber pertolongan pun hanya satu yaitu istighfar / taubat.
Perkataan Ali selaras dengan firman Allah Ta’ala,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar - dari kesalahan-kesalahanmu.”(QS. Asy Syura: 30).
Para ulama mengatakan yang serupa dengan perkataan di atas. Ibnu Qoyyim Al Jauziyah mengatakan, “Di antara akibat dari berbuat dosa adalah menghilangkan nikmat dan akibat dosa adalah mendatangkan bencana (musibah). Oleh karena itu, hilangnya suatu nikmat dari seorang hamba adalah karena dosa. Begitu pula datangnya berbagai musibah juga disebabkan oleh dosa.” (Al Jawabul Kaafi).
Istighfar merupakan perjalanan ke dalam bukan ke luar. Perjalanan istimewa ini dapat dilakukan dengan mengakui kesalahan.
وَاللَّهِ إِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِى الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً
“Demi Allah, aku sungguh beristighfar pada Allah dan bertaubat pada-Nya dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari).
Angka 70 menandakan betapa cepat, dalam dan panjang proses perjalanan ke dalam diri. Ibarat audit dilakukan dengan cermat dan teliti. Berikutnya dilakukan dalam upaya untuk menolak dampak yang akan terjadi dari dosa. Menghilangkan noda hitam yang dapat menjauhkan jarak dengan Allah SWT. Menghilangkan kelalaian dalan beribadah dan beramal sholih. Selain tentunya menututp ketidaksempurnaan disetiap amal.
Maka jika jabatan hilang, pekerjaan tidak dihargai, motor keserempet, kopi tumpah, direndahkan, disakiti. Demikian juga jika ibadah tidak ada kenikmatan, maka jangan menyalahkan orang lain.
Katakan saya yang salah.
Lalu aktif berdialog ke dalam diri. Kesalahan apa yang sudah saya perbuat sehingga hidup ini terasa sesak, sempit. Masalah sangat sulit terurai. Dari titik ini akan ada proses belajar, pemahaman, ilmu dan hikmah.
Oh mungkin karena telah ngomongin tetangga, marahin anak atau melakukan kesalahan ini dan itu. Akan ada dorongan untuk bertaubat memohon ampun atas dosa yang telah dilakukan. Ya Allah saya salah ampuni saya ampuni saya ampuni saya, saya siap belajar.
Saat nabi Adam salah, beliau langsung mengakui dan menyesali kesalahannya. Tidak menyalahkan siapa-siapa. Segera bertaubat dan tidak putus asa dari rahmat Allah.
Berbeda dengan prinsip saya benar. Sikap ini sama sekali tidak akan membawa pada proses dialog, ilmu, pemahaman dan hikmah. Iblis mengambil prinsip ini dengan menunjukkan empat sikap. Tidak mengakui kesalahan, tidak menyesali dosa, menyalahkan pihak lain dan tidak mau bertobat.
Perhatikan janji Allah SWT dalam Al Quran surat Nuh.
فَقُلْتُ ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ إِنَّهُۥ كَانَ غَفَّارًا
Maka aku katakan kepada mereka: Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun.
يُرْسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا
Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat
وَيُمْدِدْكُم بِأَمْوَٰلٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّٰتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَٰرًا
Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.
Sekencang apapaun gas, jika rem tangannya tidak diturunkan, mobil tidak akan bergerak. Begitu juga dengan kehidupan. Sehebat apapun usaha jika rem tangannya tidak diturunkan maka tidak akan ada hasil. Rem tangan itu adalah dosa. Lepaskan rem tangan baru injak gas maka mobil akan berjalan.
Semoga Allah SWT memberikan kenikmatan di jalan ini. Jalan untuk mendapatkan ma'unah dalam kesehatan, kekayaan, ketenangan dan keberkahan usia dan keluarga di tahun 2025 dan tahun-tahun berikutnya. Aamiin
Dr. Andang Heryahya, M.Pd
Dosen Pendidikan Ekonomu Islam Tazkia