Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 128:
رَبَّنَا وَٱجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَآ أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَآ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ
"Ya Tuhan kami, jadikanlah kami orang-orang yang berserah diri kepada-Mu, dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang berserah diri kepada-Mu, dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan ibadah kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima Taubat, Maha Penyayang."
Merenungi ayat ini membawa ketenangan luar biasa. Ketenangan ini tidak berarti hidup tanpa masalah, melainkan menghadapi ujian berat tanpa rasa gelisah.
Ketenangan adalah dambaan kita semua. Kedamaian yang mengiringi produktivitas dalam kebaikan. Namun, ketenangan tidak datang begitu saja. Ia adalah buah dari proses panjang yang membangun struktur ruhani. Ini adalah hasil dari kesuksesan dalam mengelola kekhawatiran. Seorang suami yang terus memperbaiki diri, ayah yang penuh keteladanan, ibu yang sabar, dan ketekunan seorang guru, peneliti, pengusaha, dokter, serta profesi halal lainnya.
Ketenangan datang dari proses, bukan sekadar hasil, karena hasil sepenuhnya berada di "tangan" Allah SWT, sedangkan proses ada di "tangan" kita. Ketika hasil belum sesuai harapan, sikap terbaik adalah sabar, menerima, dan ridha, sambil terus meningkatkan ketaatan kepada Allah SWT.
Sabar dalam berusaha, lalu tawakal, dan yakin akan kasih sayang Allah SWT. Tawakal terbaik adalah bertaubat. Disiplin dalam menunaikan sholat lima waktu dan menjaga sholat sunah rawatib, berbakti kepada orang tua, bersedekah harian, berdoa pada waktu terbaik, berdzikir pagi dan petang, serta aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan. Terus berusaha semampunya dengan penuh keteguhan.
Allah berfirman, "Barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya" (QS At-Talaq: 3). Kenikmatan besar dan hadiah istimewa selalu datang dari hasil penantian panjang. Allah pasti memberikan yang terbaik.