Mekanisme Adiksi: Mengapa Kita Sulit Lepas?
Penggunaan Instagram dan TikTok merangsang pelepasan dopamin di otak, neurotransmitter yang memicu rasa senang dan puas. Sensasi menyenangkan inilah yang membuat kita terus-menerus kembali, menciptakan pola perilaku adiktif yang mirip dengan kecanduan zat.
Ketika seseorang menggunakan media sosial untuk mengatasi suasana hati yang buruk, ketergantungan psikologis akan semakin meningkat. Akibatnya, penggunaan menjadi kompulsif dan sulit dikendalikan.
Dampak pada Kesehatan Mental: Ancaman di Balik Layar
Kecanduan media sosial memiliki konsekuensi serius bagi kesehatan mental:
- Kecemasan dan Stres: Paparan informasi dan interaksi sosial yang tiada henti dapat memicu kecemasan, terutama FOMO (Fear of Missing Out), yaitu ketakutan ketinggalan tren atau kabar terbaru di media sosial.
- Depresi: Perbandingan diri yang tak kunjung usai dengan "kehidupan sempurna" orang lain di Instagram atau TikTok seringkali memicu perasaan rendah diri dan depresi.
- Gangguan Tidur: Penggunaan media sosial berlebihan, apalagi di malam hari, dapat mengganggu pola tidur dan meningkatkan risiko insomnia.
- Isolasi Sosial: Ironisnya, penggunaan media sosial yang intens justru dapat meningkatkan perasaan terisolasi dan depresi sosial, karena hubungan dunia nyata terabaikan.
Gangguan Perkembangan Sosial dan Kognitif: Masa Depan Remaja Terancam
Penggunaan media sosial yang berlebihan pada remaja dapat mengganggu perkembangan otak dan keterampilan sosial. Remaja yang terlalu sering terpapar media sosial sejak dini cenderung mengalami hambatan dalam kemampuan berinteraksi langsung dan membangun empati di dunia nyata.
Dampak pada Gaya Hidup dan Perilaku: Pergeseran Prioritas
- Hedonisme dan Konsumerisme: Konten di Instagram dan TikTok kerap menampilkan gaya hidup mewah. Hal ini mendorong perilaku meniru, pemborosan finansial, serta perubahan pola konsumsi, terutama pada remaja.
- Pengelolaan Waktu Buruk: Kecanduan media sosial membuat pengguna menghabiskan berjam-jam, menunda pekerjaan, dan mengorbankan aktivitas penting lainnya.
- Obsesi Validasi Sosial: Pengguna menjadi terobsesi pada jumlah "like", komentar, dan pengakuan sosial. Ini bisa memicu stres jika ekspektasi tidak tercapai, bahkan sampai menghapus konten yang dianggap tidak populer.
Persepsi Negatif terhadap Citra Tubuh: Standar Kecantikan yang Tidak Realistis
Instagram, khususnya, dikenal memiliki dampak buruk terhadap citra tubuh. Banyaknya konten yang menampilkan standar kecantikan tidak realistis mendorong pengguna, terutama perempuan muda, untuk merasa tidak puas dengan diri sendiri. Hal ini bahkan memicu praktik edit foto berlebihan demi mencapai standar yang tidak mungkin.
Cyberbullying dan Paparan Konten Negatif: Lingkungan Digital yang Berbahaya
Kedua platform ini rentan digunakan untuk cyberbullying, yang dapat menyebabkan depresi, kecemasan, hingga keinginan bunuh diri pada korban. Selain itu, paparan konten negatif seperti kekerasan atau berita buruk juga dapat meningkatkan kecemasan dan menurunkan empati.
Melihat berbagai dampak negatif ini, penting bagi kita untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial. Mengenali tanda-tanda kecanduan dan membatasi waktu penggunaan adalah langkah awal untuk melindungi diri dari bahaya tersembunyi di balik layar Instagram dan TikTok.
Referensi
2. https://www.halodoc.com/artikel/bukan-cuma-depresi-ini-5-dampak-negatif-kecanduan-media-sosial
3. https://www.tempo.co/gaya-hidup/inilah-tanda-tanda-anda-kecanduan-instagram-238681
5. https://rskm.ihc.id/artikel-detail-1153-Pengaruh-Media-Sosial-Terhadap-Kesehatan-Mental.html
6. https://e-journal.ivet.ac.id/index.php/jade/article/download/3250/2249/