Bersenang Senang Sekarang Nabung Belakangan Membedah Dilema Keuangan Gen Z dan Solusi Soft Saving

"Habis gajian, langsung nonton konser."
"Butuh healing, staycation dulu deh."
"Kerja terus, kapan self-reward-nya?"

Kalimat-kalimat ini mungkin terdengar tidak asing di telinga Generasi Z (kelahiran 1997-2012). Di tengah tekanan hidup, tuntutan pekerjaan, dan paparan media sosial yang tanpa henti, keinginan untuk menikmati hidup saat ini juga menjadi sangat kuat. Muncullah sebuah kredo tak tertulis: Bersenang-Senang Sekarang, Nabung Belakangan.

Fenomena ini bukan sekadar tentang gaya hidup boros. Ini adalah cerminan dari dilema kompleks yang dihadapi anak muda saat ini: antara merawat kesehatan mental melalui pengalaman menyenangkan dan membangun fondasi finansial yang kokoh untuk masa depan yang tampak semakin tidak pasti.

Mengapa "Bersenang-Senang Sekarang" Begitu Menggoda bagi Gen Z?

Untuk memahami mengapa menabung seringkali menjadi prioritas kesekian, kita perlu melihat dari kacamata Gen Z. Ada beberapa faktor kuat yang mendorong mentalitas "YOLO" (You Only Live Once) ini:

  1. Tekanan Ekonomi dan Pesimisme Finansial: Gen Z memasuki dunia kerja di tengah badai ekonomi: inflasi yang meroket, harga properti yang tidak terjangkau, dan upah yang seringkali tidak sebanding dengan biaya hidup. Mimpi untuk membeli rumah atau pensiun dengan nyaman terasa begitu jauh, sehingga muncul pemikiran, "Untuk apa menabung besar-besaran jika tujuannya saja terasa mustahil?"

  2. Ekonomi Pengalaman (Experience Economy): Bagi Gen Z, kebahagiaan seringkali diukur dari pengalaman, bukan kepemilikan barang. Pergi ke konser musik idola, mencoba kafe baru yang viral, atau berlibur ke tempat-tempat instagrammable dianggap sebagai investasi untuk kebahagiaan dan kenangan.

  3. FOMO (Fear of Missing Out) dan Validasi Sosial: Media sosial adalah panggung utama kehidupan Gen Z. Melihat teman-teman membagikan momen liburan atau keseruan lainnya secara konstan dapat memicu rasa takut ketinggalan dan keinginan untuk membuktikan bahwa mereka juga "menikmati hidup."

  4. Healing dan Kesehatan Mental: Istilah "healing" dan "self-reward" bukan lagi sekadar jargon. Gen Z sangat sadar akan pentingnya kesehatan mental. Pengeluaran untuk hal-hal yang menyenangkan seringkali dianggap sebagai bentuk perawatan diri untuk meredakan stres dan burnout.

Jebakan "Nabung Belakangan" yang Berbahaya

Meskipun alasan di baliknya dapat dipahami, menunda menabung secara terus-menerus adalah strategi yang berisiko tinggi. Konsekuensinya bisa sangat merugikan di masa depan:

  • Tidak Adanya Dana Darurat: Tanpa tabungan, kejadian tak terduga seperti sakit, kehilangan pekerjaan, atau perbaikan kendaraan darurat dapat langsung menghancurkan kondisi finansial.

  • Kehilangan Kekuatan Bunga Majemuk (): Albert Einstein menyebut bunga majemuk sebagai keajaiban dunia ke-8. Semakin muda Anda mulai berinvestasi, semakin besar uang Anda akan bertumbuh secara eksponensial. Menunda berarti kehilangan potensi pertumbuhan keuntungan (cuan) terbesar dalam hidup Anda.

  • Kecemasan Finansial di Masa Depan: Kegembiraan sesaat hari ini bisa berubah menjadi kecemasan yang mendalam di usia 30-an atau 40-an ketika realitas kebutuhan finansial yang lebih besar (seperti keluarga atau kesehatan) mulai datang.

 

Jalan Tengah Cerdas: Mengenal Konsep "Soft Saving"

Lalu, apakah Gen Z harus memilih antara menjadi pertapa yang super hemat atau hedonis yang boros? Tentu tidak. Di sinilah konsep "soft saving" hadir sebagai solusi.

Apa itu Soft Saving?

Soft saving adalah pendekatan menabung yang lebih fleksibel, tidak terlalu kaku, dan berorientasi pada tujuan jangka pendek hingga menengah. Berbeda dengan "hard saving" yang fokus pada tujuan besar seperti dana pensiun atau DP rumah, soft saving lebih berfokus pada:

  • Membangun Kebiasaan: Tujuannya adalah untuk membiasakan diri menyisihkan uang secara konsisten, berapapun jumlahnya.

  • Tujuan yang Terlihat: Dana yang disimpan ditujukan untuk hal-hal yang lebih cepat tercapai, seperti dana liburan, tiket konser, gadget baru, atau sekadar dana "senang-senang".

  • Psikologis yang Lebih Ringan: Karena tujuannya lebih konkret dan cepat diraih, soft saving terasa lebih memotivasi dan tidak menakutkan dibandingkan menabung untuk tujuan yang masih puluhan tahun lagi.

Soft saving adalah jembatan sempurna. Anda tetap bisa merencanakan kesenangan, namun dengan cara yang lebih bertanggung jawab.

Langkah Praktis Menerapkan "Soft Saving" dalam Kehidupan Gen Z

Bagaimana cara memulai soft saving tanpa merasa terbebani?

1. Definisikan Ulang "Bersenang-Senang"

Buat daftar hal-hal yang benar-benar membuatmu bahagia. Apakah harus selalu mahal? Mungkin secangkir kopi enak di pagi hari, membeli buku baru, atau langganan layanan streaming sudah cukup. Alokasikan bujet spesifik untuk "dana bahagia" ini.

2. Gunakan Metode "Sinking Funds"

Ini adalah inti dari soft saving. Buat beberapa "pos tabungan" terpisah untuk tujuan spesifik. Di aplikasi bank digital Anda, buat kantong/rekening terpisah dengan nama:

  • Dana Konser Blackpink

  • Dana Liburan ke Bali

  • Dana iPhone Baru

  • Dana Darurat (Ini tetap wajib!)

Dengan begitu, Anda menabung untuk kesenangan, bukan mengambil dari pos kebutuhan pokok.

3. Manfaatkan Teknologi Auto-Debit

Atur transfer otomatis dari rekening gajian ke pos-pos sinking funds Anda setiap tanggal gajian. Mulailah dari jumlah kecil, misalnya Rp 50.000 atau Rp 100.000 untuk setiap pos. Ini adalah cara "memaksa" diri sendiri untuk menabung tanpa harus berpikir.

4. Terapkan Aturan "Tunggu 24 Jam"

Sebelum melakukan pembelian impulsif di atas nominal tertentu (misalnya Rp 200.000), beri diri Anda waktu 24 jam untuk berpikir. Seringkali, keinginan itu akan mereda dan Anda bisa mengalokasikan uangnya untuk tabungan.

5. Cari Sumber Penghasilan Tambahan

Jika memungkinkan, carilah side hustle atau pekerjaan sampingan. Khususkan seluruh pendapatan dari sampingan ini untuk dimasukkan ke dalam pos-pos soft saving dan investasi.

Kesimpulan: Keseimbangan adalah Kunci

Dilema "bersenang-senang sekarang, nabung belakangan" adalah nyata dan valid bagi Gen Z. Namun, jawabannya bukanlah memilih salah satu secara ekstrem. Kuncinya terletak pada keseimbangan.

Dengan mengadopsi pendekatan soft saving, Gen Z dapat secara cerdas mengakomodasi kebutuhan untuk menikmati hidup dan merawat kesehatan mental saat ini, sambil secara perlahan tapi pasti membangun kebiasaan finansial yang sehat. Anda bisa tetap pergi ke konser dan liburan, karena Anda telah merencanakannya dengan bijak.

Pada akhirnya, mengelola keuangan bukanlah tentang mengorbankan kebahagiaan, melainkan tentang merancang kebahagiaan baik untuk hari ini maupun untuk hari esok.