Seiring dengan berjalannya waktu, teknologi berkembang dengan pesat. Kegiatan industri pada hari ini sudah memasuki pada fase revolusi industri 4.0 dan Era Society 5.0 dan bahkan pengembangan pada virtual environment “Metaverse”
Singkatnya, diawali pada akhir abad ke 18 proses industri dikenalkan dengan mesinisasi, dimana kegiatan industri menggunakan beberapa media air dan uap untuk mendukung produksi. Dilanjutkan pada awal abad ke-20, sistem elektrifikasi dikenalkan yakni semua lini masa produksi didukung dengan listrik, era ini disebut dengan era industri 2.0. Disusul dengan pengembangan automatisasi dikenal dengan era industri 3.0 yang dimulai pada 1970-an dimana penggabungan elektronik dan komputer untuk berkolaborasi dengan sistem robotik yang dapat bekerja sendiri yang diinisiasi dengan sebuah program disebut Programmable logic controller (PLC) tahun 1969. Dan pada era saat ini, dikenalkan dengan Cyber-Physical System (CPS) atau Industry 4.0. Sederhananya semua kegiatan yang memungkinkan seluruh entitas di dalam produksi untuk saling berkomunikasi kapan saja secara real time dengan memanfaatkan teknologi internet. Dengan adanya ini, smua entititas industri memungkinkan berinteraksi pada dunia digital dan lingkungan virtual yang diciptakan dari Cyber-physical sistem (CPS) dan Internet of Things (IoT).
Jepang melihat terjadi kehampaan yang terlalu massif pada virtual environment ini, maka dikenalkan satu terobosan berupa era society 5.0. Sederhananya, Era Society 5.0 bertujuan untuk mengintegrasikan ruang maya dan ruang fisik. Keterpaduan antara raung digital dan fisik diharapkan untuk keseimbangan, penyelesaian masalah sosial pada era 4.0 saat ini. Selanjutnya, yang baru-baru digagas adalah metaverse atau semesta meta. Metaverse ini menggabungkan bagian Internet dari realitas virtual bersama yang dibuat semirip mungkin dengan dunia nyata dalam dunia internet tahap kedua.
Dari paparan diatas, dimana posisi ekonomi, keuangan, bisnis syariah untuk memposisikan diri dan mengambil peran pada pesatnya teknologi yang muncul? Selain berfokus kepada infrasruktur fisik maka diperlukan perhatian yang massif dan terstruktur dari seluruh penggiat, akademisi dan pakar ekonomi syariah untuk menyiapkan dan menyongsong dunia virtual pada titik fokus sumber-daya insani (SDI). Merujuk pada temuan Rivai (2007); Kholis (2008) dan Agustianto (2015) kendala terbesar pada SDI ekonomi syariah adalah kualifikasi dan kompetensi yang memadai dengan pengetahuan dan perkembangan praktik ekonomi dan keuangan syariah. Kualifikasi dan kompetensi dasar terkait ekonomi syariah yang mencakup pada penguasaan dasar konsep dan teori, aplikasi kekinian baik tradisional, industri keuangan dan fintek serta pengambilan keputusan yang tepat dalam kegiatan ekonomi.
Solusi yang ditawarkan beberapa pakar terkait dengan SDI ekonomi syariah diantaranya:
- Penguatan materi dasar berupa Islamic Worldviews dan Islamic Values kepada setiap insan dalam SDI ekonomi syariah melalui Pendidikan formal, non-formal dan in-formal.
- Proses Integrasi atau Islamisasi keilmuan pada aspek ontology, epistemology dan axiology. Epistemology reform yang berkelanjutan diperlukan pada era digital dan virtual ini.
- Pendidikan ekonomi syariah yang mencakup pada kurikulum, pengajaran, bahan ajar, penelitian dan kolaborasi, semua ini perlu disisipkan muatan kasus dalam dunia digital, lingkungan virtual dan segala yang tercakup pada Internet of things (IoT)
- Kerjasama, Kolaborasi dan penelitian lintas sektor harus digalakkan guna menyelesaikan permasalahan dalam dunia digital, lingkungan virtual dan ketersambungan sosial. Perlunya adaptasi IT yang sesuai dengan praktik dan nilai syariah, sehinggal tercipta lingkungan virtual yang islami dan berdampak luas kepada masyarakat.
Empat usulan diatas memang belum mengadopsi masalah-masalah detail akan SDM Ekonomi syariah dalam industri 4.0, 5.0 dan metaverse yang akan datang. Ketika 4 hal diatas terlaksana, maka harapannya SDI ekonomi syariah setidakknya siap untuk berkontrobusi, bersaing dan memajukan industri dengan nilai-nilai islami
Oleh Thuba Jazil Dosen Prodi Manajemen Bisnis Syariah FEBS IAI Tazkia